Well, Ini dia judulnya Siapa aku
SIAPA AKU
Tanah menggunung itu masih merah.
Begitu juga dengan mata Reo, Reonald Dimitri. Ia menatap makam orangtuanya
dengan mata yang berkaca-kaca dan hati yang seperti ditusuk dengan pisau.
Keluarga besarnya sedang memperebutkan perusahaan yang ayah Reo bangun dengan
darah dan keringat. Namun, mereka tahu semua itu akan jatuh ke tangan Reo.
Maka, mereka memperebutkan Reo. Reo kecil langsung lari dari mereka yang
menurutnya sangat aneh, padahal mereka cuek satu sama lain. Lalu Reo
mengunjungi kedua orangtuanya.
“
Ma, Yah. Paman dan Bibi aneh banget tadi” Tidak terasa air matanya terjatuh
lagi dengan perlahan. Ia segera menghapus air matanya itu. Ia segera menaruh
mawar putih kesukaan orangtuanya. Tak lama, datanglah seorang laki-laki berbaju
hitam. Ia juga membawa mawar namun berwarna merah darah dan menaruhnya dengan
berjongkok. Ia juga diam mematung bersama Reo.
“
Saya turut bahagia” katanya dengan tersenyum licik. Reo kecil menatapnya lama
dengan mulut terbuka.
“
Apa maksud anda? Anda turut bahagia? APA MAKSUD ANDA?!” Reo kecil langsung
berlari dengan muka yang berwarna merah. Namun, ia mulai berbalik lagi dengan
membawa segenggam pasir ditangan kecilnya. Ia melempari orang itu dengan pasir.
Namun, pasir itu kembali kemukanya sendiri. Untungnya, dia berhasil melindungi
matanya dari pasir yang bertebrangan itu.
“
Kamu tidak apa anak kecil?” Laki-laki itu ingin membantu Reo. Namun, Reo
menampik tangannya.
“
SIAPA ANDA?! KENAPA ANDA SENANG DENGAN KEPERGIAN ORANGTUA SAYA?!” Reo kecilpun
menumpahkan airmatanya sekali lagi. Tangan besar itu hanya menepuk pundaknya
dan berkata.
“
Menangislah sepuasmu. Maafkan saya” Reo kecil merasa bebannya telah terangkat
dan menangis tersedu-sedu.
*---*
Reo
kecil telah menjadi remaja. Sekarang, ia bias hidup sendiri setelah diasuh oleh
kakek dan neneknya yang berada di Amerika. Ia pindah di Indonesia karena
menjadi salah satu murid terpilih dari sekolahnya disana.
Ia masih ingat betul tentang kematian kedua
orangtuanya dan paman yang aneh itu. Ia ingin menyelidiki semuanya. Kenapa
paman itu belum ia lihat sebelumnya? Kenapa paman itu berkata yang jahat kepada
kedua orangtuanya yang sudah meninggal itu?
“
Reo!” ia melihat sahabatnya, Nura sedang berlari dengan wajah… senang? Brug!
Reo
segera menghampiri sahabatnya yang terjatuh dengan tertawaan seluruh orang di
lorong sekolah MAN Yogyakarta 1“ Kamu enggak apa-apa Nura?” Nura segera
mengangkat wajahnya dan memperlihatkan dahinya yang berdarah.
“
Iya, enggak apa-apa” katanya dengan berdiri sendiri, tanpa memperdulikan tangan
Reo yang mengadah ingin menolongnya. “ Aw… Sakit” ia mengipas-ipas telapak
tangannya yang tergores.
“
Kamu itu… Yang harusnya kamu katain sakit itu dahimu tuh! Berdarah banyak lagi”
Kata Reo dengan pergi menjauh. “ Ayo ikut!” Nura segera mengikutinya dengan
diam.
Ternyata
Reo menuju ke UKS. Ia segera mengambil refanol, betadin, kapas, dan kasa.
“ Nah, udah selesai. Hati-hati kalau
jalan”
“
Tadi aku lari tahu”
“
Iya iya” Reo membereskan alat-alat yang dipakai tadi. “ Oh, iya tadi kamu mau
apa lari-lari gitu?”
“
Ehh??” Nura terlihat mengingat-ingat namun, sakit kepalanya datang.
“
Ya sudah, nanti aja kalau kamu ingat. Aku ke kelas dulu ya. Kamu disini dulu
aja, nanti aku bilang sma gurunya” Kata Reo dengan pergi ke kelasnya selama 1
bulan ini. Kelas X MIA 1.
Di
Indonesia terdapat sistem pendidikan yang baru. Kurikulum 2013, namun kurikulum
ini kurang diminati oleh para siswa. Menurut mereka, ini menyiksa mereka.
Mereka harus menggunakan internet ataupun buku untuk mencari bahan ajaran
mereka. Mereka juga langsung belajar, tidak dijelaskan terlebih dahulu. Sistem
ini hanya berlangsung sekitar 1 tahun saja. Namun, ada sekolah yang masih
menggunakanya. Karena sistem ini sudah ditarik penggunaanya hanya satu
semester, banyak percetakan yang menanggung rugi. Namun, menurut Reo ini adalah
keharusan. And it’s up to you, government.
Kelas
ini sama saja, sama saja saat pelajaran maupun istirahat. Namun, saat ada guru
sifat mereka menjadi pendiam dan sangat memperhatikan. Salut dehJ.
Disini Reo bersama Nura adalah sahabat sejak Reo datang ke Amerika.
Pelajaran
ke-5 dan ke-6 sedang berlangsung, Matematika wajib oleh Wali Kelas X MIA 1, Ibu
Tuslikhatun Amimah. Karena sudah dijuruskan ke jurusanya masing-masing ( MIA,
IIS, IBB, dan IIK) . Maka, dikelas MIA (Matematika dan Ipa) Matematika,
Fisikanya pun dibagi menjadi 2 yaitu wajib dan minat. Sedangkan Biologinya
tetap menjadi satu, namun ada untuk penelitian. Ada juga Bahasa Arab, namun Reo
belum mempelajari Bahasa Arab sekalipun. Walaupun ia Islam dan menghafal 1 juz.
Ketika
pulang, Reo mengunjungi makam kedua orangtuanya yang sudah berumput rapi dengan
membawa mawar putih. Namun ada yang janggal disana. Bunga mawar merah yang
masih segar berada disana. Reo segera mengambil mawar itu.
“ Punya
siapa ini?” Reo segera mencari bayangan orang tersebut. Namun, ia tidak
menemukan siapapun. Ia mulai mengingat kejadian mawar merah saat kedua
orangtuanya meninggal. “ Apa ini orang yang sama?” Reo langsung mengembalikan
mawar itu disamping miliknya dan segera pulang kerumah.
*---*
Sesampainya
dirumah ia mulai menggambar muka orang itu. Sekilas ia mirip ayah Reo, namun
lebih tua. Apakah ia salah? Ia segera mencari album foto masa kecil ayahnya
yang tidak pernah ia buka. Ayahnya mempunyai saudara saudara. Namun, saat mulai
dewasa foto saudara saudara Ayah Reo menghilang. Apa arti semua ini?
Kring Kring Kring…
“
Assalamu’alaikum, Reo Speaking. Who is
this?”
“ Wa’alaikumsalam.
Reo, ini di Indonesia. Beda kali sama di Amerika. Ini Nura”
“
Iya deh. Terserah, Ada apa?”
“ Aku
baru ingat tadi mau bilang apa”
“
Jadi? Udah sembuh nih? Amnesianya”
“
Iya, Cuma sebentar doang. Jadi gini, aku lihat nama ayahmu disalah satu piala
disana. Terus saya minta data orang itu, dan kamu tau apa? Dia beneran ayah
kamu. Keren enggak tuh?”
Lho?
Bukannya… “ Ayahku enggak sekolah disini, dia sekolah di Amerika” kata Reo
dengan nada yang sedikit jengkel.
“
Ehh? Gimana bisa? Aku sudah sampai jatuh bangun gitu salah orang? Jadi orang
itu siapa? Mirip banget sama ayah kamu. Namanya juga sama” kata Nura dengan
antusias. Reo hanya terdiam, berfikir sejenak. “ Hallo? Reo? Are you still
listen to me?”
“
E.. Ya.. Ya.. Masih, Masih. Kenapa?”
“ Aku
sudah foto orangnya. Saya kirim di Gmail…” Reo langsung menutup telepon dan
membuka Gmailnya. Ia melihat foto-mungkin-ayahnya dengan setelan almamater
berwarna biru dan rambut yang klinis. Terus siapa orang itu? Apa benar ayah
bersekolah di sini?
*---*
Reo
mulai mencari tahu jati diri ayahnya di MAN Yogyakarta 1. Ia mencari nama
ayahnya di ruang Tata Usaha (TU) , bertanya kepada guru dan karyawan yang sudah
lama disini dan lain sebagainya. Semua bukti berkata positif. Ayahnya pernah
bersekolah disini namun ia pindah ke Amerika karena, kakaknya meninggal karena
kecelakaan bernama Leo, Leo Dimitri.
Reo
mulai berlari dari semua kenyataan pahit yang ia terima, dan mengunjungi makam
kedua orangtuanya seperti waktu kecilnya dahulu. “ Yah, Ma Reo masih tidak
mengerti atas semua ini. Apa maksudnya? Kenapa ayah tidak bercerita pada Reo?”
Semakin Reo berbicara, Pikirannya semakin menghitam. Tiba-tiba orang itu datang
lagi dengan membawa mawar merah. Namun, kali ini dengan seorang wanita yang cantik
yang juga membawa sekuntum mawar merah. Baju mereka putih bersih. Reo segera
mengusap air matanya.
“
Kenapa anda ada disini lagi? Siapa dia?”
“
Setiap tahun saya kesini. Dia istri saya. Anda masih ingat ini hari apa?”
katanya menatap Reo dengan mata yang lembut beda 180o dengan
pertemuan pertamanya. Lalu melihat ke makam saudaranya lagi.
“
Hari kematian orangtua saya. Kemarin, saya melihat mawar merah. Saya kira itu
anda” Reo memberanikan diri melihat pamannya yang tidak berpijak pada tanah
itu.
“
Besok saya juga datang. Adik saya juga selalu datang ketempat saya, sebelum dan
sesudahnya. Saya juga ingin melaksanakanya yang sama seperti dia. Namun, ini
untuk terakhir kali”
“
Kenapa?”
Wanita itupun angkat bicara dengan
menatap Reo lembut“ Kami kesini untuk terakhir kalinya. Karena kami sudah
ikhlas dengan kematian kami, juga karena anak kami sudah besar dia bias menjaga
dirinya sendiri dan saya sudah melihat dia” Mata wanita itu mulai berkaca-kaca
“ Namun, kami tidak dapat menyentuhnya” akhirnya wanita itu menangis, namun Leo
segera menghapus air mata istrinya. Merekapun tersenyum, lalu Leo mengangguk
diikuti oleh istrinya.
“ Kami pergi dulu” Perlahan namun
pasti mereka menghilang secara bersamaan.
“ Sampai jumpa lagi paman, bibi”
“
Saya bukan paman kamu” Kata Leo dengan senyum yang pilu sedangkan istrinya
menangis.
“
Paman?”
*---*
“
Reo? Kenapa? Galau?” Nura dengan senyum khasnya datang membawa sang mentari.
Namun, ia tidak bisa mengusir awan hitam milik Reo.
“
Tidak apa. Saya enggak apa-apa” Reo segera membuka buku pelajaran hari ini
dengan lunglai. Tidak bersemangat seperti biasanya.
“
Tuh kan? Kamu ini lagi sedih, galau, mellow. Ada apaan sih? Ceritalah sama
sahabatmu ini. Lagipula, inikan minggu terakhir kita ada disini” katanya dengan
memberikan permen kesukaan Reo.
“
Makasih” Reo hanya melihat ke coretan-coretan dimeja berwarna cokelat itu. Ia
melihat tulisan yang ia sering lihat dirumahnya.
“
Hm? Ada apa?” Nura yang baru sarapanpun penasaran ketika melihat Reo mulai meliuk-liukkan
lehernya mengikuti tulisan itu.
“
Tulisan ini… Tulisan ayahku” katanya dengan mata berbinar. Ia bagaikan
menemukan jawaban atas pertanyaannya kepada ayahnya.
“
Hah? Masa? Sudah lama gitu masih ada disini? Keren banget bolpointnya” Katanya
lalu minum air dan menunggu Reo membaca tulisannya. Tiba-tiba Reo berlari
keluar kelas. “ Lho? Reo?”
Kak,
maafin Dean. Karena, gara-gara Dean kakak dan kakak ipar harus meninggal. Dean
janji akan menjaga anak kakak, Reonald Dimitri dan perusahaan kakak. Makasih
untuk semuanya
Deandra
Dimitri
Reo
segera pergi ketempat ayah kandungnya, Leo Dimitri dan ibu kandungnya, Reanna
Dimitri. Ia pernah sekali kesana, saat ia bersama ayah dan ibunya saat ia masih
empat tahun.
“
P… Papa…Ma… Mama” Bulir-bulir airpun turun dengan deras pada senja itu.
Bagaikan lukisan pilu yang terlupakan keesokan harinya dengan hangatnya sang
mentari. Kau boleh menangis sekarang namun, senyumlah untuk hari esok.
*---*
Ronald Dimitri
“
Direktur Reo!” Nuraenny Savitri,
Senyumnya masih sama seperti dulu. Mekar seperti bunga mawar dan secerah
matahari. Matahariku.
“
Hey, apa kabar?” Waduh, aku kelihatan nervous banget…
“
Hahaha… kena apaan kamu, Reo? Baru ketemu kemarin juga, sudah tanya apa kabar”
Apalagi ketawanya.
“
Kena… Kena senyum kamu”
“
Hahaha... Reo, Reo ada apa? Aneh banget kamu hari ini? Eh?! Tumben ada mawar.
Mawarnya juga, merah putih. Tahu tidak artinya? Persahabatan dan cinta abadi”
Katanya dengan mata yang jernih yang menyatakan kebenaran dan senyum manisnya.
Akhirnya
aku memberanikan diriku dan mengambil kotak kecil di saku jasku “ Nuraenny
Savitri, will you marry me?”
–END-